Komuni Pertama di Pra Stasi St.Yosep Rangat, Sederhana Namun Unik

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Komuni Pertama di Pra Stasi St.Yosep Rangat, Sederhana Namun Unik

Admin
Tuesday, November 19, 2019

(Foto/komodopos.com).


Komuni Pertama di Pra Stasi St.Yosep Rangat, Sederhana Namun Unik

KOMODOPOS.com-SANO NGGOANG-Wilayah Pra Stasi Santu Yosep Rangat mendapat giliran Penerimaan Sakramen Komuni Pertama (Sambut Baru) tahun 2019. Hal ini berdasarkan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan oleh Pastor Paroki dan Pengurus Dewan Paroki Santu Klaus Werang, Keuskupan Ruteng.

Perayaan Ekaristi makin khidmat dimeriahkan oleh koor paduan suara dan musik merdu keluarga besar SDN Sangat dan sejumlah anggota mudik di pra Stasi St.Yosep Rangat.

Seperti pelaksanaan Komuni Pertama di Stasi/Paroki yang lain, penerimaan Komuni Pertama di Pra Stasi nan mungil ini menampilkan nuansa yang berbeda. Perbedaannya dalam banyak hal. Namun yang sangat menyolok terletak pada kesiapan dan kesepakatan umat setempat dalam hal bahan persembahan hingga cara berpakaian umat saat mengikuti perayaan Ekaristi Kudus tersebut, jumlah anak penerima Komuni Pertama dan Pastor yang memimpin misa.

Pertama, jumlah peserta Komuni Pertama. Sedikitnya 9 peserta/siswa-siswi SDN Rangat menerima Sakramen Komuni Pertama di Kapela Pra Stasi Santu Yosep Rangat, Senin, 18 November 2019. Bersamaan dengan Komuni Pertama, juga penerimaan Sakramen Permandian/Baptis bagi 11 anak di wilayah pra Stasi tersebut. Kesembilan peserta berasal 3 KBG yang menjadi wilayah basis umat di pra stasi tersebut, yakni KBG Rangat, KBG Lamung dan KBG Tembel.

Kedua, ada dua Pastor yang memimpin perayaan Ekaristi. Adalah Pastor Paroki Santu Klaus Werang, Rm. Yohanes Syukur, Pr dan Romo Silvester dari Lembor. Menurut umat setwmpat, ini sebuah rahmat beimpah buat umat yang ada di pra Stasi St.Yosep Rangat. Misa berlangsung sederhana namun unik dan hikdmat.

Ketiga, kesepakatan umat dalam hal berpakaian. Seluruh umat pra Stasi itu mengenakan pakaian yang bernuansa adat Manggarai, yakni kain sarung Songke untuk laki-laki dan perempuan dewasa
pada saat Misa di Kapela.

Keempat, bahan persembahan 100% pangan lokal berupa hasil karya/jeripayah yang diambil langsung dari kebun/sawah milik umat setempat. Sebut di antaranya beraneka buah-buahan pisang dll, sayur-sayuran, beras merah hingga tepung kopi.

"Seluruh umat di wilayah pra Stasi St.Yosep Rangat telah bersepakat untuk berpakaian adat saat mengikuti Misa dan tidak diperkenankan membawa bahan persembahan yang dibeli di toko. Ini menjadi cirikhas kami di pra Stasi St.Yosep Rangat", ujar Bernadus Barat Daya, rokoh Umat di Pra Stasi Santu Yosep Rangat.

Ketika menyampaikan sambutan singkatnya mewakili umat Pra Stasi Santu Yosep Rangat dalam perayaan teraebut, Barat Daya memohon kepada Pastor Paroki Santu Klaus Werang untuk mendefinitifkan pra Stasi St.Yosep Rangat menjadi Stasi otonom unruk menopang eksistensi Paroki Santu Klaus Werang.


Menanggapi permohonan Barat Daya itu, Pastor Paroki Santu Klaus Werang, Rm. Yohanes Syukur, Pr memastikan status pra Stasi St.Yosep Rangat didefenitifkan pada tahun 2020.

"Sebelumnya saya merencanakan hal ini dilakukan pada akhir tahun 2019 ini. Namun belum terwujud karena belum ada Uskup definitif di wilayah Keuskupan Ruteng. Baru saja Uskup Ruteng telah terpilih oleh Paus Fransiskus, yakni Mgr. Siprianus Hormat, Pr. Tahun 2020 saya usahakan pra Stasi St.Yosep Rangat didediniifkan menjadi Stasi segera terwujud", terang Romo Jonsy. *(Robert Perkasa)

Editor: Tri Ampera