![]() |
(Foto/komodopos.com) |
Pilihan PDIP atau Sang Calon Bupati (Misteri Figur Wakil dari Maria Geong)
Oleh: Sil Joni
Ibu Maria Geong (MG), salah satu bakal calon bupati Mabar 2020, masih 'malu-malu' memperkenalkan identitas figur yang bakal 'dipersuntingnya' dalam kontestasi Pilkada kali ini. MG begitu konsisten untuk 'tidak membocorkan' nama dari kekasih politiknya itu.
Kepada wartawan, MG hanya memberikan 'jawaban politis yang penuh misteri' bahwa calon wakilnya ada tiga (3) orang dan saat ini sedang disurvei oleh PDIP (Pos-Kupang. Com, 3/12/2019).
Ibu MG juga mengungkapkan bahwa dari tiga sosok yang disurvei itu, ada satu yang 'cocok' dengan dirinya. Kendati demikian, beliau menyerahkan sepenuhnya pada otoritas partai untuk menentukan secara tepat calon wakilnya tersebut.
Dari curahan rasa politik itu, saya menangkap ada semacam 'pergulatan internal' dalam tubuh ibu Maria. Sebetulnya, dari sisi chemistry politik, Ibu MG sudah temukan figur yang tepat. Persoalannya adalah 'pilihan personal' itu belum tentu sejalah dengan pertimbangan politik dari partai pengusungnya. Kelihatannya, MG belum bisa keluar dari 'bayang-bayang' intervensi partai dalam menggaet kekasih politik idamannya.
Sikap politik MG ini, saya kira hanya mempertegas soal 'watak kompromistis' dari politik kekuasaan itu sendiri. Negoisasi dan transaksi politik dalam lingkaran elit partai menjadi hal lumrah. Para calon pemimpin politik tidak pernah secara bebas dan otonom menentukan 'orang yang tepat' untuk bersama dia dalam merebut mandat politik rakyat entah sebagai bupati, Gubernur, maupun presiden.
Mungkin demi mengakomodasi 'interes partai', MG hingga detik ini tidak pernah mendaftarkan diri sebagai 'paket calon' ketika mengajukan 'lamaran' dari satu partai ke partai lainnya. Di satu sisi, sikap semacam itu bisa dinilai sebagai sebentuk 'loyalitas politik' kepada partai. Tetapi, pada saat yang sama bisa juga dibaca sebagai satu indikasi 'kegamangan politik' yang menghinggapi MG saat ini.
Saya berpikir, kita tidak perlu 'terlalu lama' bermain sandiwara perihal posisi wakil ini. Bagaimana pun juga, muara dari semua keputusan itu ada 'kehendak rakyat' sendiri. Terdapat disparitas yang tajam antara kepentingan partai dan ekspektasi publik.
Karena itu, sebagai wakil Bupati Mabar, seharusnya ibu MG 'tahu persis' sosok wakil bupati seperti apa yang sedapat mungkin bisa memenuhi pelbagai harapan politik dari masyarakat Mabar saat ini. Pengalaman sebagai Wakil Bupati seharusnya menjadi pelajaran perihal 'figur wakil' yang dikehendaki publik itu.
Kendati masih diselimuti kabut misteri, dari pemberitaan media kita mengetahui bahwa ada dua nama yang dianggap punya 'posisi tawar yang relatif sama' untuk menjadi pendamping ibu MG. Pertama, Silvester Syukur, anggota DPRD Mabar dari daerah pilihan (dapil) 1, kader tulen PDIP. Rekam jejaknya dalam dunia politik cukup terang benderang. Beliau menjadi kader PDIP sejak periode pertama sampai saat ini.
Massa pendukungnya pun bisa dipetakan dengan jelas. sebagaian besar berada di Kecamatan Boleng. Itu berarti jika MG berduet dengan Silvester Syukur maka untuk sementara mereka sudah mengantongi 'suara dasar' dari Kecamatan Boleng itu. Pertanyaan kritisnya adalah apakah sosok Silvester Syukur memiliki daya politis yang signifikan untuk meraup suara di beberapa Kecamatan lainnya di Mabar ini?
Kedua, Dr. Bernadus Barat Daya, SH, MH. Saya kira, sebagian besar 'wajib pilih' di Mabar mengenal atau minimal pernah mendengar 'nama ini'. Jika 'pangkat politik' menjadi ukuran, maka jelas Barat Daya tak sekilat prestasi yang ditorehkan oleh Silvester Syukur. Namun, kelebihannya adalah figur ini 'mempunyai daya jelajah politik' yang lebih luas dari sekadar Kecamatan tertentu.
Tidak mudah bagi MG dan PDIP untuk memilih salah satu dari keduanya. Spekulasi politik publik yang tengah beredar menunjukkan seolah kans Silvester Syukur (SS) sedikit lebih besar dari Barat Daya. Dasarnya adalah besarnya pengaruh politik figur ini dalam tubuh PDIP. Sebagai 'orang dalam", SS mempunyai ruang yang luas untuk bermanuver mendapatkan rekomendasi partai itu. Tetapi, pilihan itu tidak tanpa risiko.*