Memotret ‘Profesionalisme” Guru Bimbingan dan Konseling

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Memotret ‘Profesionalisme” Guru Bimbingan dan Konseling

Admin
Wednesday, November 13, 2019


Memotret ‘Profesionalisme” Guru Bimbingan dan Konseling

Oleh: Benyamin Ewa Wando

Alasan mendasar dari pemilihan tema di atas adalah fakta kurangnya Guru BK dan terbatasnya penerimaan, pengrekruitan, dan formasi pengangkatan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam lembaga pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan Bangsa. Padahal, kenyatannya adalah praktik Bimbingan dan konseling di sekolah pasti tak lepas dari peran guru BK.

Meskipun sejarah Jurusan BK di Perguruan Tinggi di negara ini sudah berlansung lama, ternyata masih banyak yang belum tahu siapa Guru BK itu dan apa tugas atau fungsinya di sekolah. Sekedar untuk dipahami bimbingan adalah suatu kebutuhan individu atau peserta didik untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sedangkan konseling adalah proses bantuan kepada individu atau peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Kehadiran Guru BK di sekolah merupakan kebutuhan yang sangat urgen seiring dengan perubahan cara pandang masyarakat terhadap eksistensi seorang guru di lembaga pendidikan (sekolah).

“Legalitas Peran Guru BK"

 Dalam Permendikbud No 111 Tahun 2014 ditekankan bahwa bimbingan dan konseling di satuan pendidikan dasar dan menengah, sudah sesuai yang dicita-citakan bangsa dalam menumbuhkan moralitas dan aspek penting lainya dalam proses pertumbuhan dan perkembangan  Peserta didik.

Namun, jika kita meneropong praktik kebijakan pemerintah pusat (mentri pendidikan) dan pemerintah daerahsejauh ini, maka terliat jelas bahwa belum ada yang mampu mengeksekusi soal kiprah guru Bimbingan dan Konseling secara optimal. Pemerintah gagal memberdayakan guru BK untuk mendongkrak kualitas pendidikan secara utuh.

Kolaborasi produktif antara Guru BK dan Guru Mata pelajaran (MP) tentu menjadi elemen dinamis nan efisien dan efektif dalam kegiatan interaksi edukatif (belajar mengajar) maupun dalam  memberikan penilaian kepada peserta didik. Kerjasama itu tentu dilatari oleh tupoksi yang berbeda-beda. Guru mata pelajaran lebih mengarah pada pemahaman pengetahuan (aspek kognitif siswa), sedangkan dari Guru BK penilaianya mencakup totalitas keperibadian peserta didik (kognitif, afektif, psikomotorik dan spiritual).

Peran Guru BK ‘Tak Bertepi”

Melalui layanan bimbingan dan konseling di sekolah, Guru BK mesti menjadi pionir dan menjadi pembeda untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, dan memprognosis fenomen psikologis yang dihadapi peserta didik dan mampu mengatasi memberikan solusi terhadap setiap permasalahan yang terjadi.

Jika dahulu seorang Guru mempunyai peran yang sangat penting dan menjadi pusat dalam proses belajar mengajar di kelas, mak kini guru BK berperan penting sebagai pendamping yang mampu menemani anak didik dalam belajar untuk mencapai tahap kedewasaan emosional, fisik, psikologis, intelektual, moral dan spiritual. Dalam operasionalnya, Guru BK melakukan berbagai kegiatan pelayanan seperti layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan system.

Melalui satuan layanan ini, akan terbentu’budaya pelayanan’ yang menjadi ujung tombak dari keseluruhan kegiatan bimbingan dan kegiatan konseling seperti  termuat dalam Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1990 yang dengan tegas mengatakan bahwa sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada semua Siswa dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan peserta didik. Peran sebagai pendamping atau guru BK adalah membantu peserta didik dalam memecahkan masalah pribadi, gangguan belajar, sosial, karir maupun keputusan penting lainnya.

Menepis Keraguan

Sarjana Guru Bimbingan dan Konseling tidak perlu ragu dengan mental dan kapablitas yang dimilikinya. Pengalaman dan kemampuan pedagogi seorang Guru BK tentu sudah teruji dan terukir dalam proses meraih sarjana di perguruan tinggi.

Hemat saya, kita perlu membuka kesempatan kepada Guru BK untuk memberikan ‘pelayanan psikologis yang prima bagi generasi muda kita. Mereka tidak hanya diberi kebebasan untuk masuk kintal membawa slip lamaran kerja, tetapi  harus diundang masuk di lembaga pendidikan agar proses pendidikan lebih aktif, kreatif, lebih berkualitas dalam mencapai ideal pendidikan yang sebenarnya, proses pemanusiaan seorang manusia.

Bagi saya, kualitas pendidikan itu tidak hanya diukur dari kualitas sistem dan kurikulum karena itu hanya menyangkut masalah teknis saja. Yang perlu diperhatikan adalah kualitas Guru yang mengajar sesuai dengan latarbelakang keahlian dan konsep belajar yang diatur oleh guru yang lebih paham tentang psikologi masing-masing siswa. Tesis saya adalah program meningkatkan mutu pendidikan dari pusat (menteri pendidikan) belum berjalan mulus sebab belum mendapat sentuhan psikologis yang baik dari para guru BK. Proses pendidikan kita masih terlalu berpusat pada aspek rasional-kognitif semata.

Kehadiran guru bimbingan dan konseling di suatu sekolah dipandang sangat penting karena adanya fakta yang tidak bisa dihindarkan yakni perbedaan karakter setiap individu, perbedaan pemikiran, sikap. Selain itu, kita tahu bahwa setiap anak atau individu mengalami perkembangan berbagai aspek dalam dirinya dengan cara yang khas dan spesifik.

Agar berbagai perbedaan itu tidak menimbulkan persoalan yang rumit bagi anak, maka peran guru BK tentu sangat mendesak. Guru bimbingan dan konseling  dapat membantu mengatasi dan menemukan jalan keluar untuk setiap peserta didik yang mengalami persoalan akibat perbedaan-perbedaan yang ada dalam diri mereka.

Dari penjelasan di atas, guru BK tidak boleh dianggap sebelah mata kehadirannya di sebuah lembaga pendidikan. Eksistensi dan profesionalisme guru BK mesti ditingkatkan agar kontribusi mereka semakin nyata dalam memajukan dunia pendidikan di tanah air. Guru BK mesti dipandang sebagai ‘staf pengajar’ yang professional sama seperti guru mata pelajaran pada umumnya.*

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling salah satu universitas di Denpasar, Bali