Tua-Muda, Isu Basi dalam Kontestasi (Politik)

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Tua-Muda, Isu Basi dalam Kontestasi (Politik)

Admin
Monday, November 4, 2019



 
(Foto/komodopos.com).
Tua-Muda, Isu Basi dalam Kontestasi (Politik)

Oleh: Sil Joni

Apakah ada 'korelasi' yang tegas antara usia seseorang dengan 'mutu leadership' yang diperlihatkannya? Benarkah bahwa pemimpin politik yang berusia muda 'lebih superior' dalam hal menerapkan kepemimpinan yang efektif? Apakah 'pengagungan' unsur usia di musim kontestasi ini dilatari oleh 'studi empiris-ilmiah' atau sekadar asumsi yang belepotan dengan interes politik parsial? Mengapa isu 'usia kandidat bupati' terus digoreng dalam masa persiapan menjelang pelaksanaan Pilkada Mabar?

Perang narasi dan wacana soal usia sang jagoan politik begitu menguat di berbagai forum diskusi publik terutama di kanal media sosial. Ada kelompok yang mengklaim bahwa figur kesayangannya 'lebih hebat dan pas' untuk menjadi bupati Mabar sebab usianya masih muda. Mabar menurut mereka membutuhkan sosok bupati yang energik, progresif, dan segar dari sisi umur. Ribuan asumsi (anggapan) dibentangkan untuk menjustifikasi tesis itu.

Jika kita setia memotret peforma politik dari para pemimpin kita di tanah air, sesungguhnya tidak ada bukti yang valid dan meyakinkan bahwa sosok berusia muda lebih cemerlang dalam praksis kepemimpinannya. Tidak ada data pembanding bahwa jika suatu daerah dipimpin oleh orang muda, maka daerah itu mengalami lompatan kemajuan yang spektakuler.

Karena itu, saya justru menilai bahwa 'peniupan isu usia figur' di musim kontestasi merupakan topik yang irelevan, usang dan basi. Wacana semacam itu tidak lebih sebagai 'jurus negatif' untuk menghentikan arus dukungan publik pada rival politik ketimbang berkontribusi pada perubahan kualitas kepemimpinan dalam gelanggang politik lokal kita.

Perlu diingat bahwa kita memilih 'calon pemimpin politik yang kualifikatif', bukan figur yang didewakan dari sisi usia. Faktor umur, umumnya relatif tidak berpengaruh pada tingkat kualitas leadership seorang pemimpin. Jadi, masihkah kita bernafsu dan agresif untuk menjadikan faktor umur sebagai 'bahan kampanye politik'?

Namun, isu peremajaan atau kaderisasi kepemimpinan tetap dijadikan bahan diskursus di ruang publik. Urgensi dan relevansi isu itu tidak dimaksudkan untuk 'menggunting' kiprah politik dari generasi tua dalam sebuah kompetisi politik seperti Pilkada.*

*Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan politik lokal Manggarai Barat. Tinggal di Labuan Bajo.