Maria Geong dan 'Kebangkitan Perempuan (Politik)'

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Maria Geong dan 'Kebangkitan Perempuan (Politik)'

Admin
Wednesday, October 9, 2019



Maria Geong dan 'Kebangkitan Perempuan (Politik)'

Oleh: Silvester Juni

Dominasi kaum Adam dalam panggung politik, mulai goyah. Para perempuan 'perkasa' mulai menggunakan 'talenta politis' secara optimal dalam menata bagunan politik dalam berbagai level.

Pada level nasional, nama Puan Maharani lagi tenar. Beliau adalah perempuan pertama yang mendapat mandat sebagai 'pemegang palu' DPR di senayan. Puan berhasil 'menyingkirkan' ratusan laki-laki potensial dalam lembaga dewan itu. Tren kebangkitan perempuan itu terjadi juga di tingkat Provinsi kita. Ibu Emi Noemleni sukses merebut posisi Ketua DPRD Provinsi NTT periode 2019-2024.

Para perempuan Mabar juga 'mulai' memperlihatkan 'taring kapabilitas' dalam ranah politik praktis. Nama Maria Geong layak dicatat dengan 'dawat kencana'. Beliau adalah perempuan 'pembuka pintu' (entry poin) bagi perempuan NTT umumnya dan Mabar khususnya untuk 'coba menata rumah politik kita' dengan menggunakan citarasa feminim.

Bahkan, langkah ibu Maria 'mungkin tak terhentikan' untuk menjadi 'orang nomor satu di Kabupaten Mabar' periode 2020-2025 setelah sebelumnya sukses menjadi 'kekasih politik dari Gusti Dulla'. Prestasi dan kinerja politik ibu Maria sejauh ini, tidak terlalu jelek. Duet kepemimpinan politik mereka semakin solid. Tidak ada indikasi adanya 'keretakan' atau riak-riak ketidakpuasan (protes) dari ibu Maria perihal pelaksanaan berbagai proyek kesejahteraan sosial di sini.

Tentu, Pilkada 2020 menjadi 'momentum titik balik' kebangkitan bagi para perempuan Mabar untuk tampil lebih 'progresif' di panggung politik. Maria Geong sudah 'membuka pintu' agar semakin banyak perempuan Mabar yang berkiprah di ruang publik.

Jurus politik yang 'dimainkan' ibu Maria sejauh ini, cukup taktis dan etis. Beliau tidak tergoda untuk 'mencari sensasi' dengan mengumbar pernyataan palsu terkait siapa 'pacar politiknya' dalam kontestasi Pilkada Mabar nanti. Namun, anehnya ada 'broker politik' yang coba membuat semacam 'kawin paksa' antara ibu Maria dengan 'figur tertentu'. Mereka bahkan dengan antusias menyebarkan 'dusta' melalui polling amatir di dunia maya. Sebuah tindakan yang selain tidak etis, juga bisa dinilai sebagai 'pengkultusan' terhadap kedangkalan berpikir.

Saya kira, adalah sebuah kerugian jika ‘figur sekelas Maria Geong’ tidak mendapat ruang dan peluang politik yang lebar untuk memanifestasikan talenta politiknya. Kabupaten Mabar, dalam arti tertentu sangat ‘membutuhkan’ politik pemberian diri secara total dari ibu Wakil Bupati ini. Mabar adalah ‘lokus ideal’ bagi ibu Maria untuk menjabarkan kapabilitas dan sensitivitas keperempuannyan demi mengubah wajah wilayah ini ke level yang lebih menggembirakan.*

Penulis: Pemerhati Masalah Politik di Level lokal. Tinggal di Labuan Bajo