Maria Geong: Perempuan ‘Pembuka Pintu Politik’

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Maria Geong: Perempuan ‘Pembuka Pintu Politik’

Admin
Saturday, October 19, 2019



Maria Geong: Perempuan ‘Pembuka Pintu Politik’

Oleh: Silvester Joni

Sebelum merengkuh ‘jabatan politik’ sebagai wakil bupati, Ibu Maria Geong dikenal luas sebagai salah satu ‘birokrat senior’ dalam lingkungan birokrasi Pemerintah Provinsi NTT. Jabatan terakhir yang disandangnya adalah Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT. Posisi itu sangat konek dengan academic backround sebagai salah satu lulusan dokter hewan di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Artinya penempatan ibu Maria pada posisi itu sudah mengikuti prinsip the right man on the right place. Pengangkatan yang didasarkan pada kompetensi keilmuan. Terbukti, performa ibu Maria dalam bidang itu cukup menggembirakan. Ia memperlihatkan kecakapannya secara profesional dan berdedikasi dengan penuh totalitas.

Adalah Agustinus Ch. Dulla, bupati Mabar saat ini yang ‘sukses’ mengendus bakat politik dalam diri ibu Maria. Gusti Dulla berhasil ‘merayunya’ untuk menjadi kekasih politik dalam pentas Pilkada Mabar 2015. Rayuan politik itu direspons dengan amat simpatik oleh ibu Maria. Beliau dengan langkah pasti keluar dari ‘habitanya’ untuk terjun ke gelanggang politik praktis sebagai partner duet politik dari Gusti Dulla. Hasilnya adalah paket ini sukses menjadi kampium kontestasi Pilkada edisi ke-3 itu. Poinnya adalah ibu Maria bukan ‘politisi ingusan’ yang hanya sekadar pelengkap penyerta dalam kompetisi itu. Eksistensi ibu Maria dalam panggung politik lokal turut memberi andil ‘naiknya pamor politik’ dari paket Gusti-Maria Kala itu. Kehadiran ibu Maria menjadi semacam ‘amunisi politik baru’ dalam mendongkrak efek elektoralitas dari paket itu.

Ketika dilantik secara resmi sebagai wakil bupati Mabar periode 2015-2020 ibu Maria menegaskan bahwa dirinya sebagai perempuan pembuka pintu politik (entry point) bagi kaum hawa di Provinsi ini untuk berjuang mengangkat ‘martabat perempuan’ melalui jalur politik kekuasaan. Pasalnya, ibu Maria merupakan perempuan pertama di NTT yang berhasil menduduki jabatan politik di bidang eksekutif sebagai wakil bupati. Sebuah pangkat politik yang prestisius untuk level lokal kita.

Debut dan performa ibu Maria sebagai wakil bupati Mabar layak mendapat apresiasi yang positif. Bersama rekan duetnya Gusti Dulla, mereka menorehkan beberapa prestasi politik yang layak dicatat dengan dawat kencana. Kondisi sosial politik Mabar di bawah kendali rezim ini sudah tampak berubah. Mabar menjadi salah satu kabupaten yang diperhitungkan baik di tingkat lokal maupun pada level nasional. Industri pariwisata di Mabar tak ‘setenar” sekarang jika tidak didesain dan ditata secara kreatif dan imajinatif oleh duet pemimpin hebat sekelas ibu Maria dan Gusti Dulla.

Keberhasilan politik itu, dalam catatan kami tidak terlepas dari kepiawaian ibu Maria dalam beradaptasi dengan ‘lingkungan kerja yang baru’. Hingga detik ini, minimal dari pemberitaan di berbagai media lokal, kita belum mendengar isu ‘keretakan relasi dan komunikasi’ antara bupati dan wakil bupati seperti yang terjadi pada dua periode terdahulu. Sebaliknya, keberadaan ibu Maria cukup memberi andil positif dan warna tersendiri bagi proses desain dan implementasi pelbagai skenario kebijakan publik.  Bahkan, pada momen dan tempat tertentu, kecakapan ibu Maria begitu menonjol sehingga mendapat ruang untuk menjadi orang terdepan dalam mengambil dan mengeksekusi sebuah keputusan politik.

Kontribusi positif semacam itu, hemat kami tidak terlalu mengejutkan. Sudah sesuai dengan ekspektasi publik terhadap kapabilitas ibu Maria. Kita semua tahu bahwa ibu Maria tidak hanya sebagai seorang ‘birokrat tulen’, tetapi juga seorang akademisi dengan reputasi baik. Beliau termasuk salah satu ‘perempuan luar biasa’ di NTT yang bisa ‘menggondol’ gelar doktor, predikat akademik tertinggi di jagat pendidikan. Dengan modal intelektualitas yang brilian, ibu maria tentu sudah ‘mempunyai senjata andalan’ dalam mengubah wajah politik dari kabupaten ini. Senjata akademik itu diasah dan digunakan secara elegan ketika mendapat kepercayaan sebagai ‘kreator perubahan’ di sini.

Kendati datang dengan ‘predikat mentereng’, ibu Maria tetap tampil low profile. Sikap arogansi politik sebagai ‘manusia tahu semua hal’ sama sekali tak tampak dalam diri ibu Maria. Ia tetap tampil sebagai wakil bupati yang rendah hati dan tahu diri tentang tugas dan fungsinya. Ibu Maria dalam catatan kami begitu tulus dalam mengemban dan menjalankan mandat politik yang diberikan publik. Ia tidak pernah menggunakan jabatan itu untuk meraih ketenaran dan kemewahan individual. Kinerja politik Gusti Dulla justru semakin ‘mengilat’ ketika bekerja sama secara cerdas dengan ibu Maria. Mereka adalah duet pemimpin yang solid dan penuh empatik dengan nasib publik.

Karena itu, tentu sebuah ‘kerugian’ bagi daerah ini, jika aneka talenta politik positif dari ibu Maria ini, tidak diimplementasikan secara produktif. Ruang dan peluang untuk mengaktualisasikan pelbagai potensi itu, akan terbuka jika ibu Maria mendapat restu politik dari publik dalam sebuah kontetasi Pilkada yang fair dan bermutu. Atas dasar itu, kami berpikir bahwa ibu Maria “mesti didorong dan didukung” untuk mendapatkan posisi yang lebih luas dan legitim untuk bisa tampil sebagai pemimpin Mabar yang lebih visioner, progresif, transformatif, responsif, kreatif, dan produktif.

Namun, perlu juga digarisbawahi bahwa ‘keberhasilan politik’ yang akan diukir oleh ibu Maria kelak, tentu berkat ‘kejeniusannya dan partai politik’ dalam memilih calon wakil pacar politik yang tepat dalam musim kompetisi ini. Kami cukup optimis bahwa kemampuan yang dimiliki oleh ibu Maria akan semakin signifikatif dan kontributif jika ditopang oleh rekan duet yang selevel dengan beliau. Untuk itu, kita perlu membidik bacawabup yang bisa mendongkrak performa ibu Maria dan mampu memberikan ‘suplai nutrisi ide yang produktif’ dalam menjabarkan kepemimpinan yang efektif di Kabupaten ini.*

Penulis adalah Pemerhati masalah sosial politik di Kabupaten Mabar