Semoga 'Vatikan' Tidak Salah Pilih
Oleh: Sil Joni
Menurut kabar yang berhembus di media lokal, hari ini, Rabu, 13/11/2019 Vatikan (pusat kekuasaan Gereja Katolik Roma) akan mengumumkan nama 'uskup baru' sebagai gembala Gereja di Keuskupan Ruteng. Tentu, ini sebuah berita yang menggembirakan, minimal untuk 'umat Katolik' di seantero Keuskupan Ruteng. Sudah lama, wilayah apostolik gerejawi ini, tidak dipimpin oleh seorang 'gembala agung' dengan status permanen. Mgr. Silvester San, memang dipercayakan sebagai 'administrator apostolik' di wilayah ini, tetapi statusnya sementara dan perhatiannya pun tidak total.
Karena itu, kita 'menanti' dengan penuh harapan dan rasa bahagia 'datangnya' wajah gembala baru itu yang disampaikan secara resmi hari ini. Setidaknya, kerinduan kita untuk 'segera' mendapatkan 'pemimpin gereja lokal' yang berkharisma bakal terjawab. Doa umat di keuskupan ini, mendapat jawabannya hari ini.
Proses pemilihan uskup yang baru ini, memang menjadi 'hak prerogatif Vatikan'. Namun, tidak bisa ditolak bahwa uskup itu dipilih atau ditunjuk untuk mengangkat dan merawat iman Gereja di Keuskupan ini. Artinya, ia hadir di sini untuk 'melayani Gereja' yang tidak lain adalah umat Allah dalam latar tempat dan waktu yang konkret dan spesifik.
Karena itu, kita hanya bisa berharap, semoga kali ini, Vatikan tidak salah memilih sang uskup yang baru itu. Mengapa? Harapan semacam ini, saya kira tidak tanpa alasan yang kuat. Kita semua tahu bahwa 'proses suksesi' dalam tubuh kepemimpinan gereja lokal, penuh dengan drama yang terlalu kompleks untuk diurai. Tidak seperti pergantian uskup di tempat lain, di mana usia atau kematian dijadikan alasan utama, justru di Keuskupan Ruteng, pergantian itu bersifat darurat (mendesak) sebab 'uskup yang lama' menghadapi masalah yang pelik.
Kita tidak ingin, kisah negatif yang sempat 'mencoreng wajah keuskupan', terulang lagi dalam masa kepemimpinan uskup terpilih ini. vatikan mesti memahami akar soal dan mengantisipasi agar 'cerita kelam masa lalu' segera dikuburkan bersama waktu yang berlalu.
Kita percaya bahwa 'Vatikan' sudah menenuaikan tugasnya dengan baik. Durasi waktu pemilihan ini, cukup panjang. Dengan itu, pihak otoritas Vatikan memiliki waktu yang banyak untuk membidik sosok uskup yang benar-benar memancarkan sinar kepribadian Ilahi dalam dirinya.
Benar bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Jatuh dalam dosa dan kesalahan itu bersifat manusia (erare humanum est). Tetapi, tidak dengan itu, kita membenarkan setiap 'perilaku bejat' dari para gembala umat di tingkat keuskupan.
Gereja adalah institusi ilahi yang berkarya di dunia. Kita tidak ingin kesucian Gereja tercemar oleh perilaku dari pejabat Gereja itu sendiri. Prahara dalam tubuh Gereja lokal segera disudahi. Kita mesti berlangkah ke masa depan Gereja yang berwatak optimistik dan konstruktif.
Sedapat mungkin, seorang uskup mesti tampil sebagai 'pembawa solusi' dan kesejukan bagi umat beriman, dan bukan bagian dari masalah (part of problem). Sebagaimana Gereja yang selalu terbuka pada perkembangan dunia dan mengubah pola pelayanannya, demikian pun uskup, mesti tampil lebih dinamis dan adatif sesuai dengan spirit zaman.
Akhirnya, kita mengucapkan 'selamat datang dan selamat bertugas' kepada bapak uskup kita yang baru. Jabatan itu diberikan dan dititipkan oleh Allah demi keselamatan dan kemajuan Gereja di sini dan kini.*
Penulis adalah pemerhati masalah social dan politik. Tinggal di Labuan Bajo